Rabu, 06 Januari 2016

Pemeliharaan Bibit: Penyiraman, Pemupukan, Pengendalian Hama dan Penyakit, dan Mengatur Naungan


Hai Teman-teman, Untuk mendapatkan pertumbuhan dan perkembangan bibit agar dapat tumbuh baik dan subur hingga menjadi bibit siap tanam di lapangan, maka perlu dilakukan pemeliharaan. Pemeliharaan yang dapat dilakukan pada pembibitan yaitu penyiraman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, mengatur naungan. Berikut ini uraiannya.

1. Menyiram Bibit
Air merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap tumbuh dan berkembangnya bibit. Jika kekurangan atau kelebihan air akan berdampak buruk pada pertumbuhannya. Umumnya bibit membutuhkan air dalam jumlah yang cukup dalam arti tidak berlebihan atau tidak kekurangan. Untuk mengendalikan kebutuhan air dalam pembibitan, maka perlu dilakukan penyiraman.
Penyiraman yang tepat akan memberikan hasil pertumbuhan yang optimal. Agar penyiraman sesuai dengan kebutuhannya, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain :
  • Kualitas air bersih: Dalam menggunakan air untuk menyiram bibit tanaman diperlukan air bersih yang tidak berbahaya bagi tanaman dan juga tidak mengganggu terhadap alat-alat yang digunakan. Jenis air yang dimanfaatkan untuk menyiram bibit antar lain : air laut, air sungai, air hujan, air danau dan lain-lain.
  • Jumlah kebutuhan air: Banyaknya air yang dibutuhkan bibit tanaman tergantung pada jenis tanaman, iklim saat tanaman itu tumbuh dan pertumbuhan bibit tanaman. Pada saat temperatur udara tinggi penguapan pada bibit tanaman maupun pada lingkungan tempat pembibitan akan menjadi tinggi sehingga keutuhan air untuk tanaman menjadi tinggi pula. Kondisi seperti ini sangat memerlukan adanya penyiraman. Namun bila terjadi hujan yang cukup deras, maka tanaman cukup air sehingga penyiraman tidak dibutuhkan kecuali jika pembibitan menggunakan naungan/green house penyiraman tetap diperlukan hanya interval pemberiannya dikurangi.
  • Waktu pemberian: Pemberian air pada tanaman yang paling baik adalah waktu menjelang siang hari, karena pada siang hari evaportranspotasi berjalan dengan cepat sehingga bibit tanaman banyak membutuhkan air, kecuali waktu hujan. Pemberian air pada pagi dan sore hari juga dapat dilakukan asal pada siang hari tanah masih mengandung cukup air.
  • Cara menyiram: Cara pemberian air pada pembibitan tanaman dapat dilakukan dengan alat penyemprot, gembor, selang, sprinkle dan lain-lain, yang penting air mengalir masuk ke dalam lingkup perakaran, sehingga media tanam menjadi lembab air. 1)Penyiraman dilakukan pada bagian daerah perakaran dalam jumlah yang cukup, 2)Media basah hingga bagian terdalam secara merata, 3)Sisa air siraman mengalir keluar melalui lubang aerasi, dan 4)Bibit tumbuh subur dan nampak segar.

2. Memupuk Bibit
Tujuan pemupukan adalah untuk memperbaiki kebutuhan media tanam dan menambah unsur hara yang diperlukan pertumbuhan bibit. Untuk memenuhi kebutuhan unsur hara pada bibit sesuai dengan yang diperlukan, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain:
  • Jenis pupuk: Jenis pupuk yang digunakan dalam pembibitan adalah pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang dihasilkan dari sisa-sisa tanaman, hewan dan manusia yang termasuk golongan pupuk organik adalah kompos, pupuk hijau dan pupuk kandang.  Beberapa hal yang diperhatikan dalam penggunaan pupuk organik antara lain: 1)Pupuk sudah matang, bila dipegang tidak hangat atau tidak terjadi penguraian oleh mikroba, 2)Tidak berbau tajam seperti bau amoniak yang kurang enak, dan 3)Kenampakannya sudah seperti tanah, bersifat gembur, berwarna coklat tua. Pada dasarnya penggunaan pupuk organik hanya diberikan untuk mengimbangi penggunaan pupuk anorganik, berfungsi sebagai penambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah. Sedangkan pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dan mengandung unsur hara yang diperlukan tanaman. Jenis pupuk yang sering digunakan dalam pembibitan adalah pupuk nitrat (urea, ZA) pupuk phosfat (super fosfat, asam fosfat). Pupuk kalium (kalium sulfat, kalium chlorida), pupuk daun (gandasil), NPK dan lain-lain. Pupuk yang bermanfaat untuk pembibitan sebaiknya dicari jenis pupuk yang banyak mengandung unsur nitrogen selain P dan K. Pemupukan pada pembibitan lebih diharapkan untuk merangsang pertumbuhan vegetatifnya.
  • Dosis pemupukan: Dosis pemupukan yang digunakan dalam pembibitan harus disesuaikan dengan kebutuhannya. Penentuan dosis yang diberikan pada pembibitan tergantung pada fase pertumbuhan bibit, tingkat kesuburan media tanam dan jumlah populasi bibit. Pemberian pupuk pada fase muda, media tanam yang subur dan populasi yang sedikit, dosis pemupukannya lebih rendah bila dibandingkan dengan fase pertumbuhan yang lebih dewasa, media tanam yang kurus dan populasi tinggi. Penggunaan dosis pupuk untuk pembibitan sebaiknya disesuaikan dengan anjuran yang tercantum pada label kemasan pupuk. Larutan pupuk daun dibuat dengan ketentuan: 1)Pupuk daun ditimbang sesuai dengan ukuran yang ditentukan, misalnya 7 gram, 2)Larutan pupuk daun dibuat dengan konsentrasi 7 gram/14 liter, 3)Larutan pupuk daun tercampur rata, dan 4)Larutan pupuk daun dimasukkan ke dalam knapsack sprayer dan tidak berceceran.
  • Waktu pemupukan: Waktu pemupukan dalam pembibitan didasarkan pada jenis pupuk yang digunakan, fase pertumbuhan dan kondisi cuaca. Waktu pemberian pupuk organik sebaiknya diberikan bersamaan dengan membuat media tanam agar media tanam yang digunakan menjadi gembur. TSP merupakan pupuk yang susah larut sehingga efektif diberikan sebelum digunakan sehingga pada saat dibutuhkan pupuk sudah dapat diserap oleh tanaman. Sedang pupuk anorganik lainnya diberikan pada saat bibit sudah tumbuh agak besar. Waktu yang paling tepat untuk pemberian pupuk pada fase bibit tumbuh sangat giat dan cepat, sehingga pertukaran unsur hara berlangsung sangat cepat. Kondisi cuaca yakni penyoinaran matahari, angin dan hujan sangat mempengaruhi keberhasilan pemupukan, terutama pupuk daun. Pada kondisi panas terik atau disaat menjelang hujan dan malam hari, tidak efektif dilakukan sebab pada malam hari stomata (mulut daun) menutup, sehingga pupuk tidak bisa sepenuhnya diserap oleh tanaman.
  • Cara memupuk: Agar unsur hara yang diberikan dapat digunakan secara maksimal oleh bibit, maka pemupukan bibit perlu dilakukan dengan cara ; melalui media tanah dan melalui daun. Pemupukan bibit melalui daun dapat dilakukan dengan penyemprotan. Penyemprotan diarahkan ke bagian daun yang menghadap ke bawah karena jumlah mulut daun (stomata) lebih banyak dibagian bawah dari pada dibagian atas daun. Larutan pupuk disemprotkan dengan alat semprot (sprayer). Selain pemupukan daun, pemupukan lewat media tanam dapat dilakukan dengan penyirama; pupuk dilarutkan ke dalam air, dan larutan pupuk disiram pada media tanam pembibitan. Bibit dipupuk dengan cara disemprot dengan ketentuan: 1)Larutan pupuk yang keluar dari nozzle dalam bentuk percikan kabut, 2) Arah semprotan sesuai dengan arah angin, 3)Bibit yang disemprot bagian daun yang menghadap ke bawah, 4)Penyemprotan larutan pupuk daun dilakukan tidak terlalu dekat dengan bibit, dan 5)Bibit nampak segar tidak layu.

3. Pengendalian Hama dan Penyakit
Salah satu aspek pemeliharaan pembibitan yang penting adalah upaya menjaga agar bibit tidak terkena gangguan hama dan penyakit. Apabila kemudian bibit terserang hama/penyakit maka diperlukan pengendalian agar hama/penyakit tersebut tidak merugikan baik untuk pertumbuhan bibit ataupun kerugian secara ekonomi. Hama adalah semua binatang (serangga dan satwa), yang dapat menimbulkan karusakan pada tumbuhan. Ada beberapa jenis hama dan penyakit yang umum menyerang pembibitan. Jenis hama diantaranya adalah belalang, ulat dan cacing. Organisme penyebab penyakit adalah patogen (virus, bakteri, jamur dan nematoda) yang mengakibatkan terganggunya proses fisiologis tanaman. Penyakit yang merusak pembibitan umumnya disebabkan oleh jamur.

Jenis-jenis hama/penyakit yang menyerang pembibitan tanaman diantaranya:
  • Hama cacing putih (Accaris sp): Hama cacing putih (Accaris sp) menyerang bibit muda umur < 2 minggu, dengan gejala serangan berupa seluruh bagian bibit menjadi layu tapi tidak diikuti oleh perubahan warna daun yang menjadi coklat seperti halnya daun yang mati akibat kekeringan. Bagian yang diserang mulai dari akar kemudian masuk ke dalam batang tanaman.
  • Hama belalang dan ulat plucia: Gejala serangan berupa daun menjadi rusak dan berlubang-lubang. Pengendaliannya dengan cara penyemprotan berkala 2 minggu sekali dengan pestisida Basudin 60 EC (konsentrasi 0,2 %).
  • Penyakit lodoh (Dumping off): penyakit lodoh biasanya menyerang bibit yang masih muda ( < 2 mingu setelah sapih), dengan gejala serangan berupa pembusukan pada hipokotil, selanjutnya bibit roboh seperti tersiram air panas. Pengendaliannya dengan fungisida Dithane M45 80 WP, konsentrasi 0,2 %.

Ada beberapa cara pengendalian hama dan penyakit tanaman yang dapat dilakukan pada pembibitan, yaitu:
  • Cara fisik: Dilakukan dengan cara membersihkan lingkungan di sekitar pembibitan, memusnahkan gulma sebagai tempat berlindung hama atau sebagai inang penyakit dengan cara dibakar.
  • Cara mekanis: Yaitu dengan mengamati bibit, jika ada hama diambil kemudian dibunuh, jika ada bibit yang terkena penyakit diambil kemudian dibakar agar tidak menulari bibit yang lain.
  • Cara kimia: Bahan kimia yang paling banyak digunakan adalah pestisida. Pestisida sering menjadi pilihan utama dalam upaya pengendalian hama dan penyakit karena memiliki beberapa keuntungan antara lain: 1)Dapat memberikan hasil yang cepat, 2)Aplikasi di lapangan relatif mudah, 3)Dapat diaplikasikan setiap waktu dan tempat, dan 4)Dapat diperoleh dengan mudah. Penggunaan pestisida dalam konsepsi pengendalian hama terpadu merupakan alternatif terakhir apabila cara pengendalian lain tidak berhasil. Penggunaan pestisida baru dilakukan apabila tingkat kerusakan tanaman atau kepadatan populasi organisme pengganggu melampaui batas toleransi ambang ekonomi. Menurut fungsinya ada beberapa jenis pestisida, yaitu: 1)Insektisida, untuk mengendalikan hama serangga, 2)Akarisida, untuk mengendalikan tungau dan kutu, 3)Fungsida, untuk mengendalikan jamur/cendawan, 4)Nematisida, untuk mengendalikan cacing/nematode, 5)Bakterisida, untuk mengendalikan bakteri, 6)Rodentisida, untuk mengendalikan binatang pengerat, 7)Helisida, untuk mengendalikan siput/bekicot, dan 8)Herbisida, untuk mengendalikan gulma. Agar pemakaian pestisida dapat efektif, maka pestisida yang digunakan harus sesuai dengan jenis hama/penyakit yang akan dikendalikan dengan melihat label kemasannya.

4. Mengatur Naungan
Untuk memperoleh kondisi lingkungan seperti suhu, kelembaban yang optimal yang sesuai dengan pertumbuhan bibit sejak awal tumbuh hingga siap dipindahkan ke lapangan penanaman, dibutuhkan naungan guna memberi kenyamanan bibit tumbuh dan beradaptasi secara bertahap terhadap terik matahari dan air hujan. Sinar matahari sangat mempengaruhi temperatur dan kelembaban lingkungan tempat pembibitan. Tanaman muda belum dapat beradaptasi pada suhu tinggi begitu pula terhadap air hujan, temperatur rendah dan kelembaban tinggi. Mengadaptasikan/menyesuaikan bibit terhadap sengatan sinar matahari dapat dilakukan secara periodik dengan cara membuka menutup naungan dari hari ke hari hingga akhirnya bibit mampu menerima sinar matahari penuh. Jika bibit sudah kuat terhadap sinar matahari, maka naungan sudah tidak perlu digunakan lagi, berarti bibit sudah siap untuk dipindahkan ke lahan penanaman.

Pengaturan naungan pembibitan dilakukan dengan ketentuan: 1)Naungan pembibitan dibuka saat cuaca cerah pada pagi hari ( jam 7.00), 2)Plastik naungan digulung rapih dari sisi ujung sebelah timur sampai kesisi ujung sebelah barat, 3)Pada saat sebelum terik matahari palastik naungan ditutup kembali dengan rapat dan rapih, dan pada bagian ujung-ujung pembibitan (sebelah utara) terbuka, 4)Lama naungan dibuka dari hari ke hari semakin meningkat berlangsung sedikit demi sedikit disesuaikan dengan pertumbuhan bibit sampai akhirnya bibit tahan terhadap terik matahari, dan 5)Bibit tidak mengalami stress (layu) selama plastik naungan dibuka.

Bibit setelah dipelihara menunjukkan: 1)Tumbuh subur dan segar, 2)Tidak terserang hama dan penyakit, 3)Tumbuh kuat dan tegak, 4)Pertumbuahnnya normal/tidak cacat.

Sekian, semoga bermanfaat.

3 komentar:

  1. Menangkan Jutaan Rupiah dan Dapatkan Jackpot Hingga Puluhan Juta Dengan Bermain di www(.)SmsQQ(.)com

    Kelebihan dari Agen Judi Online SmsQQ :
    -Situs Aman dan Terpercaya.
    - Minimal Deposit Hanya Rp.10.000
    - Proses Setor Dana & Tarik Dana Akan Diproses Dengan Cepat (Jika Tidak Ada Gangguan).
    - Bonus Turnover 0.3%-0.5% (Disetiap Harinya)
    - Bonus Refferal 20% (Seumur Hidup)
    -Pelayanan Ramah dan Sopan.Customer Service Online 24 Jam.
    - 4 Bank Lokal Tersedia : BCA-MANDIRI-BNI-BRI

    8 Permainan Dalam 1 ID :
    Poker - BandarQ - DominoQQ - Capsa Susun - AduQ - Sakong - Bandar Poker - Bandar66

    Info Lebih Lanjut Hubungi Kami di :
    BBM: 2AD05265
    WA: +855968010699
    Skype: smsqqcom@gmail.com

    BalasHapus
  2. lengkap sekali informasinya makasih yah kak

    Elever

    BalasHapus
  3. As claimed by Stanford Medical, It is really the SINGLE reason this country's women live 10 years longer and weigh an average of 19 kilos less than we do.

    (Just so you know, it has absolutely NOTHING to do with genetics or some secret exercise and EVERYTHING related to "how" they eat.)

    P.S, I said "HOW", not "WHAT"...

    Tap on this link to reveal if this little test can help you find out your real weight loss potential

    BalasHapus